Kanker adalah suatu penyakit pertumbuhan sel dalam organ tubuh yang timbul dan berkembang biak secara abnormal, tidak terkendali dan juga sangat cepat. Sel kanker inilah yang mempengaruhi sistem kerja organ tubuh sehingga bekerja tidak maksimal. Sampai saat ini Kanker masih menjadi penyakit pembunuh nomor satu. Tidak hanya menyangkit orang dewasa, Sel kanker ini tidak mengenal usia. Mulai dari usia bayi, balita, remaja, sampai orang yang usia lanjut pun mempunyai kemungkinan untuk terkena sel ini. Jika sudah terjangkit sel kanker ini, para penderita harus menjalani pangobatan yang cukup lama. Bahkan tidak jarang sampai bertahun-tahun agar sel kanker itu berseh dari tubuhnya. Terbayang bagaimana rasanya menjalani pengobatan rutin ke rumah sakit selama bertahun-tahun. Tusukan jarum infus dan suntikan menghujani bisa kapan saja. Terbayang jika yang terjangkit ini adalah anak-anak balita, ataupun anak-anak usia sekolah yang bisa merenggut waktu bermain dan belajarnya.
Kebiasaan mengunjungi adik-adik membuatku dekat dengan mereka, dan sering menemani mereka sekedar bersenda gurau ataupun bermain. Sampai kedekatan saya dengan anak berusia 5 setengah tahun bernama Mediana Annisa sriwati, yang akrab disapa Mediana. Adik kecil yang manis ini seorang yang periang, dan lincah. Mulutnya yang cerewet membuat saya betah berlama-lama hanya untuk menyaksikan ulahnya. Kekagumanku terhadap anak kecil ini salah satunya adalah tak pernah sekalipun raut wajah kesedihan terpancar dari wajahnya, meskipun saya tak pernah lupa kalau dia sedang luka. Putri kecil ini selalu menyuruh ibunya untuk menelponku ketika jadwal berobatnya tiba untuk meminta saya datang ke rumah sakit sekedar bermain dengannya. Saat bersama dan bermain dengannya jangan harap bisa pulang dengan langkah bebas. Meski melalui bujukan dan rayuan maut agar kita diizinkan pulang olehnya. Tak jarang ketika bujukan dan rayuanku gagal, ibu dan bapaknya mau tidak mau harus turun tangan membujuknya untuk bisa pulang dengan tenang.
Saya juga pernah dengar langsung cerita
seorang ibu yang mempunyai anak berusia 11 tahun penderita kanker darah. Beliau
hanya bertahan selama 3 bulan untuk membawa anaknya menjalani pengobatan. Dia
menyerah di bulan ke 3 masa pengobatan dan akhirnya memutuskan untuk pulang ke
kota tempat tinggalnya yaitu di Bau-Bau, salah satu daerah di Sulawesi
Tenggara. Mungkin karena perjalanan yang
cukup panjang, ataupun repotnya pengurusan-pengurusan membuat dia menyerah.
Tapi penyesalan selalu hadir belakangan,lama-kelamaan anak itu drop dan akhirnya dibawa ke rumah
sakit setempat. Dokter yang memeriksa sedikit marah atas ulah Ibunya. Dokter
hanya memberikan anjuran agar anaknya itu kembali mengalami pengobatan di
Makassar, karena di Rumah sakit daerah tersebut belum mempunyai perlengkapan
yang memadai untuk para penderita kanker. Karena tidak tega melihat kondisi
anak yang disayanginya terus menderita, dalam hari yang sama juga ibunya
langsung terbang ke Makassar untuk melanjutkan pengobatannya. Setali tiga uang
dengan Dokter yang berada di daerah asalnya, dokter yang berada di Makassar pun
marah mengetahui tingkah ibunya itu. Alhasil dia harus mengulangi prosedur
pengobatan dari awal lagi yang artinya pengobatan selama 3 bulan yang lalu itu
sia-sia. ibu ini menceritakan pengalamannya itu ke saya dan si ibu tidak kuat menahan air matanya untuk tidak
tumpah membasahi pipinya.
Kisah berbeda pun dialami oleh
seorang ibu dan ayah yang pantang
menyerah mendampingi anaknya dalam masa-masa menjalani pengobatan. Ibu ini juga
bernasib sama, anaknya divonis menderita kanker pada umur 3,5 tahun. Sekarang
anak perempuan itu dua bulan lalu baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-5.
Pesta kecil-kecilan yang dirayakan bersama beberapa teman saya yang juga aktiv
menjenguk adik-adik penderita kanker ini.
berselang beberapa hari kondisinya
saat itu sedang drop, selama 2 hari tidak ada makanan sebagai asupan gizi masuk
di tubuhnya, tubuhnya hanya bergantung pada cairan infus yang berada
dilengannya. Saat itu Naura, terus mengalami penurunan kondisi kesehatan yang
sangat drastis. Sehingga butuh penanganan khusus. Dia pun dipindahkan keruang
PICU rumah sakit, ruang perawatan intensif untuk anak-anak yang memerlukan
pengobatan khusus guna mencegah dan mengobati terjadinya kegagalan organ-organ
vital.
Bersamaan dengan itu, ayahnya yang
juga setia menemaninya jatuh sakit, mungkin karena kurang tidur atau kurang
istirahat. Memang belakangan ayahnya
mondar-mandir unit transfusi darah untuk mencarikan darah buat anaknya. Juga
mengurus segala keperluan anak dan istrinya, Sementara ibunya dengan sabar dan
setia terus berada disamping anaknya itu. Dokter menyarankan untuk segera
membawa sang ayah ke UGD rumah sakit tersebut untuk menjalani pengobatan,tapi dia menolak. Dia berdalih bahwa Anaknya Naura
sedang masa-masa kritis dan tidak rela meninggalkan anaknya. Dalam keadaan sakit pun, ayahnya masih sempat
mengendarai motor mencari darah untuk putrinya itu. Lewat tengan malam dia
harus menuju PMI yang jaraknya dari Rumas sakit lumayan jauh dikarenakan Stock
darah dari Unit Transfusi Darah tempat yang terbilang dekat dengan rumah sakit kosong. Pulang kerumah sakit ayahnya membawa darah, tapi darah itu tidak terbungkus
dalam kantong darah seperti biasanya, melainkan darah itu tertempel dilengannya,
dia mengalami kecelakaan tunggal, terjatuh dari motornya. Bertambah lagi luka
dari sang ayah, kini dia harus menahan sakit dari kedua lengannya yang lecet
dan juga bahunya.
Ini diceritakan langsung oleh ibu
dari putri kecil bernama Naura itu sambil menahan tangisnya. Saya menawarkan
bantuan, dengan memberikan nomor hp kepadanya. “Kalau memang butuh bantuan
jangan sungkan, untuk telpon langsung” kataku. Keesokan harinya menjelang
malam hari saya menerima SMS dari sang ibu yang bunyinya :
“Adikmu telah menghadap sang pencipta,
Naura telah pergi untuk selamanya sore tadi”
Itu beberapa kisah yang sempat saya ketehui tentang anak-anak
penderita kanker dan juga perjuangan orang tuanya. Mungkin masih banyak lagi
kisah pilu dari orang tua dan anaknya yang sedang menjalani pengobatan. Urusan
Rezki dan nyawa memang urusan tuhan, tapi kita sebagai manusia diwajibkan
membantu orang yang membutuhkan. Bila mungkin tidak bisa membantu dengan
materi, mungkin dengan dukungan moril bisa sedikit meringankan beban bagi mereka.
Dan yang terpenting pedulilah pada mereka yang lagi berjuang melawan kanker.




