Berbicara
masalah kematian memang membuat bulu kuduk merinding bagi siapapun yang
mendengarkan. Hal yang tidak disangka-sangka dan pasti akan dilalui oleh setiap
makhluk yang bernyawa. Saat saya pertama tersadar akan kematian yaitu pada
waktu duduk di kelas 6 SD, menjelang ujian nasional kala itu, salah satu teman
kelas kami mendadak di panggil oleh sang Maha Kuasa. Teman yang baru sekitar 3
hari tidak masuk sekolah karena sakit, kini akan absen untuk seterusnya. Juga kehilangan teman-teman dan orang-orang
dekat yang duluan di panggil oleh sang maha pencipta dengan tiba-tiba dan tanpa
disangka menjadikanku sejenak merenung akan arti kematian.
Diri ini
mulai bertanya-tanya, kapankah aku akan di panggil oleh sang pencipta ? apa
yang terjadi selepas roh dan jasad itu terpisah ? Tentu ini masih menjadi
misteri sang ilahi, meskipun banyak referensi yang menggambarkan kehidupan
setelah kematian itu sendiri, ataupun bagaimana rasanya ketika roh itu dicabut
dari jasad. Kita mungkin sudah sama-sama mengetahui tentang urutan-urutan mulai
dari Roh kita di cabut, di alam kubur ataupun dibangkitkan kembali pada hari
pembalasan. Tapi tentu saja hal yang demikian itu masih menjadi misteri ilahi
yang tentu akan kita lalui.
Berbicara masalah
kematian, teringat suatu mimpi beberapa malam lalu yang mungkin akan teringat
terus dan juga menyadarkanku tentang kematian. Entah bagaimana awalnya, dalam
mimpi itu saya berada ditengah-tengah orang yang ramai dalam sebuah ruangan. Ruangan
yang tidak asing lagi bagi saya sendiri. ruangan itu tidak lain adalah ruang
tamu rumah yang selama ini kutinggali. Beberapa orang nampak duduk membentuk
lingkaran tak beraturan dan saya masih bingung apa yang terjadi
sebenarnya.
Terlihat beberapa
orang yang wajahnya samar-samar, ada beberapa orang yang tak asing dan ada yang
sangat kukenali duduk berhadap-hadapan. Suara riuh dari luar rumah pun
terdengar, tapi saya kala itu tak memperdulikan apa yang terjadi diluar sana. Mata
ini terfokus dengan apa yang terjadi di ruang sederhana dalam mimpi ini. Ditengah
lingkaran itu, terdapat sebuah kasur dan terbaring tubuh tak berdaya yang
terselimuti oleh sarung. Rasa penasaran pun menghantui, jasad siapa gerangan
yang berada di tengah-tengah ruangan ini. Jantung berdetak sangat keras, hingga
suaranya bisa terdengar olehku sendiri, rasa cemas, takut, sedih melebur
menjadi satu, takkala melihat orang yang berbaring kaku tanpa nyawa itu adalah
diriku sendiri.
Bagaimana ini bisa terjadi ?,
Bagaimana
saya bisa berada di pembaringan itu,?
Pertanyaan yang
timbul seketika dan mata yang tak sanggup menahan air mata yang tumpah. Perasaan
kala itu membuatku tak sanggup untuk berkata-kata lagi. Tak henti-hentinya saya
menumpahkan air mata berada pada kondisi yang demikian. Rasa menyesal
menyia-nyiakan waktu didunia pun muncul sejadi-jadinya. Serasa tak dapat
menerima keadaan seperti ini dan memohon untuk bisa kembali melaksanakan semua
perintah sang ilahi dan menjauhi semua larangannya. Tangis penyesalan semakin
menjadi-jadi melihat ekspresi wajah orang-orang yang tak asing lagi bagiku,
ayah, ibu, kakak adik dan juga keluarga dekat lainnya. juga tak sanggup untuk
melihat terlalu lama kearah jenazah yang tidak lain adalah diriku sendiri. Perasaan yang tidak bisa tergambarkan lagi
dengan kata-kata membuatku takut yang berlebihan. Takut beberapa saat lagi akan
mengalami kesendirian. Gambaran alam kubur pun sudah terbayang-bayang dikepala.
Mulai teringat dosa-dosa yang pernah dilakukan baik yang disengaja maupun yang
tidak disengaja, baik yang tersembunyi maupun yang terang-terangan. Saya mulai
takut yang berlebihan akan pertanggung jawaban dihadapan malaikat-malaikat sang
ilahi nantinya.
Didalam
mimpi tersebut, tak seorang pun memperhatikanku, atau bahkan melihatku,
sehingga saya berpendapat kala itu saya sudah dalam bentuk Roh yang telah
terpisah dari jasadnya, sehingga tak ada satu orang pun yang bisa melihat
keberadaanku walaupun saya berada tepat di samping atau pun dihadapannya.
Tiba-tiba
saja saya terbangun dari tidur, dan mimpi itu masih teringat jelas di kepala. Keringat
dingin mulai menyambar, masih dalam keadaan dan kegelisahan yang sama.
Bagaimana mungkin saya bisa bermimpi
seaneh itu, ?
Bagaimana kiranya
kalau yang terjadi barusan bukan sebuah mimpi melainkan sebuah kenyataan ?
Tak terasa
air mata mulai keluar dengan sendirinya, bahkan kegelisahan yang kurasakan pun
tetap sama. Dengan perasaan gelisah saya keluar dari kamar untuk mengambil
segelas air putih lalu meminum habis dalam waktu sekejap. saya berusaha
menenangkan diri dulu, agar rasa cemas dan gelisah itu hilang dengan
sendirinya. Setelah kembali kekamar dan perasaan sudah mulai tenang, saya
kembali merenungkan tentang mimpi yang tak biasanya itu. Mungkin perasaan ini
tidak ada apa-apanya lagi dibandingkan hal yang demikian itu benar-benar
terjadi. Mungkin perasaan yang dirasakan nantinya jauh lebih besar daripada
yang dirasakan dalam mimpi itu.
![]() |
sumber foto : Google |
Hidup dan
mati seseorang hanyalah perkara waktu, kematian pasti akan datang menjemput
satu persatu entah kapan, dimana, dan dengan cara bagaimana kita smua tidak
dapat mengetahuinya, karena itu adalah salah satu rahasia Allah. Saya yakin,
selalu ada hikmah di balik sebuah peristiwa, dan melalui mimpi ini pun, dapat
mempertebal keimanan dan ketaqwaan kita kepada sang pencipta. Semoga kelak kita
semua dipanggil dalam keadaan khusnul Khatimah dan bisa mempertanggungjawabkan
semua perbuatan kita selama di dunia, agar terbebas dari siksa kubur dan siksa
neraka.