Mungkin para pengagum Pramoedya Ananta Toer atau yang pernah
baca roman tetralogi buru khususnya buku seri yaitu “Bumi Manusia, dan Anak Semua Bangsa”
sudah tidak asing lagi dengan sosok bunga akhir abad yang diceritakan oleh pram
dalam bukunya itu. Sosok gadis yang digambarkan dalam keadaan anggun
dan cantik adalah keturunan indo yang mempunyai ibu kharismatik yang dikenal dangan nama Nyi Ontosoroh dan ayah kebangsaan Netherland yang bernama Tuan Herman Mellema. Dari perkawinan beda kebangsaan inilah lahir dua orang anak , yang pertama seorang laki-laki bernama Robert Mellema, dan anak kedua yang bernama Annelies. Sosok Annelies inilah yang mendapatkan gelar “Bunga penutup abad” yang diberikan oleh suaminya Minke sebagai ungkapan rasa sayang dan cintanya pada Annelies. Minke sendiri adalah anak bupati yang mempunyai kegemaran menulis, sehingga keterampilannya dalam memainkan kata-kata membuatnya dikenal luas, juga karena tulisan-tulisannya yang sering dimuat dikoran. Karena menjadi anak Bupati inilah Minke berkesempatan bersekolah di H.B.S sekolah setingkat SMA pada jaman hindia-belanda. Perjalanan cinta antara Minke dan Annelies pun tidak semulus yang diharapkan. Perjalanan cinta keduanya penuh lika-liku yang harus mereka berdua hadapi sebelum resmi menjadi suami istri yang sah. Setelah menjadi suami istri yang sah pun perjalanan cinta keduanya masih penuh rintangan, dan mMnke harus iklhas melepas Annelies kembali kebelanda karena ketidak adilan hukum yang berlaku di Eropa.
dan cantik adalah keturunan indo yang mempunyai ibu kharismatik yang dikenal dangan nama Nyi Ontosoroh dan ayah kebangsaan Netherland yang bernama Tuan Herman Mellema. Dari perkawinan beda kebangsaan inilah lahir dua orang anak , yang pertama seorang laki-laki bernama Robert Mellema, dan anak kedua yang bernama Annelies. Sosok Annelies inilah yang mendapatkan gelar “Bunga penutup abad” yang diberikan oleh suaminya Minke sebagai ungkapan rasa sayang dan cintanya pada Annelies. Minke sendiri adalah anak bupati yang mempunyai kegemaran menulis, sehingga keterampilannya dalam memainkan kata-kata membuatnya dikenal luas, juga karena tulisan-tulisannya yang sering dimuat dikoran. Karena menjadi anak Bupati inilah Minke berkesempatan bersekolah di H.B.S sekolah setingkat SMA pada jaman hindia-belanda. Perjalanan cinta antara Minke dan Annelies pun tidak semulus yang diharapkan. Perjalanan cinta keduanya penuh lika-liku yang harus mereka berdua hadapi sebelum resmi menjadi suami istri yang sah. Setelah menjadi suami istri yang sah pun perjalanan cinta keduanya masih penuh rintangan, dan mMnke harus iklhas melepas Annelies kembali kebelanda karena ketidak adilan hukum yang berlaku di Eropa.
Perkenalan Minke dengan Annelies
![]() |
Sumber foto : Detik.com |
Perkenalan mereka dimulai dari ajakan seorang teman sekolah
Minke di H.B.S bernama robert suurhof
yang mendapat undangan dari Robert Mellema yang tidak lain adalah kakak
Annelies itu. Melalui pertemuannya pada saat menonton pertandingan sepak bola
Kakak Annelies ini memberikan undangan kepada Robert Suurhof untuk datang
kerumahnya. Robert Suurhof tidak mau sendirian, dia mengajak Minke yang kala
itupun tak tahu mau kemana. Malam itu, Ketika Robert suurhof dan Robert Mellema
sedang sibuk menonton pertandingan sepak bola melalui televisi, Minke yang tak
suka dengan olah raga tersebut sibuk memperhatikan perabot-perabot mewah
disekelilingnya hingga matanya tertuju pada sosok gadis berparas indo cantik
dan anggun yang sedang tersenyum kearahnya. Perkenalan yang singkat itupun
terjadi antara keduanya, karena Annelies paham betul Minke tidak suka sepak bola,
gadis cantik ini mengajak Minke untuk berkeliling dirumahnya yang besar dan
mewah itu. Nyai Ontosoroh memang mempunyai perusahaan pertanian yang besar
sehingga membuat namanya terkenal di wonokromo, yang sekrang menjadi salah satu
kecamatan di Surabaya. Annelies juga memperkenalkan langsung Minke dengan
pemilik rumah mewah dan perusahaan pertanian yang bernama Nyi Ontosoroh itu.
Beliau dengan senang hati menerima kedatangan Minke yang merupakan tamunya itu,
Nyi Ontosoroh memang terkenal baik hati namun juga tegas dalam persoaalan
perusahaan.
Cinta Keduanya Tumbuh
Keesokan hari Annelies mengajak Minke untuk berjalan
disekitar rumah yang merupakan perusahaan pertanian miliknya. Annelies
memperkenalkan apa saja yang dilaluinya, mulai dari sawah, ladang hingga
kandang ternak juga kandang kuda.
Annelies bukan cuman gadis berparas cantik, tapi kepandaiannya dalam
mengelola perushaan pertanian pun terbilang hebat. Kepandaian yang diturunkan
langsung dari ibunya itu sangat membantu pekerjaan Nyi Ontosoroh dalam mengelolah perusahaan pertanian
miliknya. Mereka berdua akhirnya sampai di padang rumput tinggi, didepan padang
rumput ada selokan dan Minke melompati selokan itu, terlihat Annelies juga mengangkat gaun dan ikut
melompat. Minke menangkap tangan lalu mendekapnya, kemudian mencium pipi gadis
cantik itu. Annelies terkejut, tapi Minke lalu mendaratkan ciuman sekali lagi
ke pipi Annelies lalu berkata, “ Aku mencintaimu Ann”. Hal itu tidak membuat Annelies menjawab karena
menganggap mungkin itu bukan suatu pertanyaan melainkan hanya pernyataan.
Annelies bergegas pulang tanpa meperhatikan minke di belakangnya. Minke dengan
rasa was-was pun terus mengikuti Annelies yang berlari pulang kerumah.
![]() |
sumber foto : detik.com |
Restu Nyai Ontosoroh
Malam hari dimeja makan bersama Nyai Ontosoroh, Minke tidak
melihat si cantik itu, di meja hanya ada Minke dan Nyai yang bercakap-cakap
hingga akhirnya gadis cantik itu turun dari tangga dengan tampilan yang sangat
cantik dari biasanya. Nyai ikut melotot melihat anak gadisnya tampil secantik
itu malam ini. “dia bersolek untukmu Minke” Kata Nyai yang berbisik ke Minke.
Annelies ikut duduk di meja makan itu yang juga diisi olleh dua robert itu.
Dalam makan malam itu tiba-tiba seorang Eropa berpostur tinggi besar dan gendut
datang menatap Minke seolah hendak mengajak duel, tapi gertakan dari Nyai
Ontosoroh tak kalah hebat, raksasa Eropa itu memilih pergi dan masuk
kekamarnya. Orang eropa itu adalah Tuan Herman Mellema, yang tidak lain adalah
ayah biologis dari Anelies dan Robert
Mellema. Karena kejadian itu Minke dan sahabatnya Robert Suurhof disarankan
untuk pulang dulu, dengan kereta yang telah disiapkan oleh Nyai sendiri, kereta yang mulai bergerak itu terhenti oleh
suara Nyai yang berdiiri diatas tangga itu memanggil Minke, dan berkata “Betul
kau telah mencium Annelies. ?” Minke yang terkejut dan tak berani berkata ya,
maupun tidak, dengan keringat dingin menatap Nyai dan Annelies secara
bergantian. Lalu didekatkannya Annelies disamping Minke oleh Nyai lalu berkata,
“Kalau benar iya, sekarang ciumlah Annelies dihadapanku,” Kata Nyai” Minke menggigil namun tak berani melawan
perintah itu, Minke mencium Annelies pada pipinya. Nyai Ontosoroh yang
melihatnya berkata “Aku bangga, kaulah yang telah menciumnya, Sekarang
pulanglah”.
Sepulang
Minke ke Surabaya
Begitulah perkenalan dan cinta keduanya dapat tumbuh dalam
waktu singkat, hinggga Minke kembali lagi ke Surabaya meninggalkan Annelies. Sekembalinya Minke ke surabaya membuat
Annelies menjadi wanita yang hilang semangat. Dia menjadi gadis yang suka
melamun dan malas makan. Gadis yang dulunya ceria pun menjadi hilang seketika,
ditinggalkan oleh Minke. Melihat hal itu Nyai Ontosoroh menyuruh Darsam yang
merupakan orang kepercayaannya yang dulu juga mengantar pulang Minke untuk
membawakan surat itu ke Minke. Surat yang tak lain berisikan ajakan untuk Minke
kembali berkujung kerumah karena kondisi Annelies yang kehilangan keceriaannya.
Minke pun menuruti permintaan Nyai itu, bersama Darsam ia menuju ke Wonokromo.
Kedatangan Minke pun langsung disambut oleh Annelies yang memang sudah lama
menantikan kedatangan pangerannya itu. Dengan kembalinya Minke ke rumahnya itu,
kembali pula keceriaan paras ayu milik seorang Annelies.
Setelah beberapa waktu berlalu dirumah Annelies, membuat
cinta diantara mereka tumbuh subur. Mereka pun semakin dekat, ditambah Minke
memanggil tidak lagi dengan sebutan Nyai, melainkan panggilan seperti ibu dan
anak. Nyai memang sudah menganggap Minke sebagai anaknya sendiri. Maka dari itu
Minke memanggilnya dengan panggilan “mama” sama seperti panggilan Annelies
kapada orang yang melahirkannya itu. Namun suatu hari, datang agen polisi yang
memaksa Minke untuk ikut dengannya. Mama dan annelies pun penuh tanya kesalahan
apa yang telah diperbuat oleh minke. Pribadi yang dikenal baik hati dan
terpelajar itu kini berurusan dengan polisi. Minke berusaha meyakinkan mama dan
Annelies bahwa dia tak punya salah apa-apa dan mau tidak mau harus mengkuti
agent polisi itu berdasarkan surat perintah yang dibawahnya. Belakangan di
ketahui bahwa agent polisi tersebut rupanya suruhan ayahandanya yang seorang
Bupati untuk membawa paksa anaknya itu kembali kehadapannya.
Annelies Jatuh Sakit
![]() |
Sumber foto : Google |
Sepeninggal Minke Annelies kembali kehilangan keceriaannya,
bahkan lebih parah dari apa yang terjadi dulu, kini dia jatuh sakit yang
lumayan parah. Dokter pribadi keluarga itu hanya bisa memberikan obat bius
untuk membuat Annelies dapat beristirahat. Satu-satunya obat yang bisa
menyembuhkannya hanyalah Minke. Annelies memang sering menyebut nama Minke
ditengah ketidaksadarannya itu. Tidak tahan melihat kondisi putrinya itu, Nyai
kembali memerintahkan Darsam untuk mencari Minke dan memberitahukan kabar
kondisi Annelies saat ini. Darsam yang berhasil bertemu dan mengabarkan keadaan
Annelies, lagi-lagi berhasil membawa Minke kehadapan Nyai Ontosoroh dan
Annelies. Minke berusaha membangunkan annelies dengan kata-kata romantisnya
ketelinganya. Kedatangan Minke membuat kesehatan gadis indo itu
berangsur-angsur membaik.
Ujian cinta sampai Kehilangan Annelies
Karena memperhatikan kondisi kesehatan Annelies yang bisa
saja drop tiba-tiba ketika lagi-lagi kehilangan
Setelah menikah lagi-lagi mereka harus dihadapkan dengan
rintangan yang berat. Memang Sebelum melangsungkan pernikahan, keluarga ini
mendapati Herman Mellema yang tidak lain adalah suami dari Nyai Ontosoroh
meninggal dalam rumah plesiran atau prostitusi milik orang berdarah keturunan Tionghoa.
Kabar meninggalnya Tuan Mellema terdengar oleh keluarga dan istri sahnya di
Netherland hingga menuntut kepengadilan putih atau pengadilan Eropa untuk
mengambil seluruh harta peninggalan suami sahnya itu, tidak terkecuali Annelies
yang merupakan anak biologis dari tuan Mellema. Pengadilan Eropa itu memutuskan
seluruh harta peninggalan Tuan Mellema jatuh kepada ahli waris yang sah yaitu
anaknya Ir. Maurits Mellema yang merupakan anak dari perkawinan yang sah. Bukan
hanya itu pengadilan juga memutuskan untuk membawa Annelies ke Netherland.
Mendengar kabar itu Nyai Ontosoroh, Minke juga Annelies dan dibantu orang-orang
hukumnya terus melakukan perlawanan hukum. Segala daya, dana dan Upaya telah
dilakukan untuk menahan Annelies agar tetap tinggal bersama mereka. Namun
Keputusan pengadilan Eropa tetap tidak berubah dan dengan begitu, Nyai Ontosoroh
dan juga Minke harus rela melepas kepergian Annelies ke Netherland.
Dengan Kopor tua yang digunakan Nyai ketika meninggalkan
rumah untuk pergi menjadi istri dari tuan Mellema, dengan Kopor itu pula
Annelies pergi. Isi Koper itu hanyalah pakaian batik buatan Nyai dan juga gaun
pengantinnya dulu. Dengan dipenuhi rasa sedih yang mendalam Annelies menuju kereta kuda yang telah
menjemputnya. Sebelum berjalan menuju kereta, Annelies berpesan kepada mamanya
“Seperti
mama dulu, Annelies tidak akan balik kerumah ini lagi”,
“Jangan,
jangan menangis ma, suamiku,”
“aku masih ada permintaan, Beri aku seorang adik perempuan
yang manis, yang akan selalu manis padamu, tidak menyusahkan seperti anakmu
ini”
Mendengar itu mereka berdua larut dalam tangis, dan Annelies
membelakangi mereka menuju ke kereta kuda tanpa menoleh lagi. Berulang kali
mama dan Minke memanggil –manggil namanya, tapi tak dihiraukan. Dengan langkah
pelan namun pasti Annelies naik ke kereta kuda itu. Suara roda kereta mulai
terdengar sampai suara tersebut menghilang dalam kejauhan. Tinggallah Nyai
Ontosoroh dan Minke yang masih larut dalam Tangisnya.
“Kita Telah
kalah ma” bisik minke pada Nyai.
“ Kita telah melawan nak, Sebaik-baiknya dan
sehormat-hormatnya.
![]() |
Sumber foto : Google |
Beberapa bulan setelahnya, tiba surat dari pandji darman, orang utusan Nyai Ontosoroh untuk mengikuti Annelies. Ia mengabarkan kondisi Annelies terus mengalami penurunan kesehatan. Mungkin persis saat dulu ditinggalkan oleh Minke. Pandji Darman yang diberi kewenangan untuk mengurus Annelies. Hingga surat terakhir dari pandji darman sampai ke Minke dan mengabarkan turut berduka cita atas meninggalnya gadis indo berparas cantik itu. Minke sangat terpukul akan berita itu, hingga membuat tulisan untuk mendiang istrinya yang digelarinya “Bunga Penutup Abad”